Kamis, 26 Februari 2009

Film Terbaik Oscar 2009

Baru-baru ini saya menonton film Slumdog Millionaire, film bersetting Mumbay, India, yang diangkat dari novel Q and A karya Vikas Swarup. Ada sesuatu yang segar dari film ini, yang berbeda dari film-film Bollywood lainnya. Saya termasuk orang yang akrab dengan film selain Hollywood. Saya menyukai film-film Korea, Jepang, juga India. Meskipun menari dan menyanyi sudah merupakan bagian penting dari film-film India, tapi sejujurnya, saya masih tidak terlalu akrab dan nyaman dengan tari-nyanyi dalam film Bollywood.

Slumdog Millionaire bercerita tentang Jamal, seorang anak jalanan yang menang dalam acara kuis ‘Who Wants To Be A Millionaire’ versi India. Uniknya, Jamal menang bukan karena dia terpelajar, tetapi karena setiap pertanyaan yang diajukan selalu mengingatkannya pada sejadian di masa lalu. Jadilah film ini kerap flashback mulai dari Jamal masih kecil, ABG, sampai dewasa. Uniknya lagi, Jamal ikut kuis ini bukan karena ingin jadi milyuner, tetapi karena ia ingin mencari kekasihnya Latika. Setiap flashback yang ada, selalu merujuk pada kejadian ketika dia mencari Latika. Dia berharap, dengan mengikuti kuis ini, Latika akan melihatnya dan akan tahu di mana dirinya. Ending cerita memuaskan penonton (dan pembaca), happy ending, tentu saja. Jamal bertemu dengan Latika, juga memenangkan kuis hadiah utama. Seorang anak jalanan yang tiba-tiba kaya raya gara-gara ikut kuis.

Film/buku ini mungkin bisa disebut sebagai road-story, bagaimana Jamal mencari orang yang dicintainya dengan berragam cara. Begitu hampir ketemu, pasti ada hal yang memisahkan mereka lagi. Ya, kalo versi kecilnya mungkin kira-kira seperti reality show ‘Termehek-Mehek’. Sejak awal, penonton diajak bersimpati dengan tokoh Jamal. Cerita tentang orang kecil yang meraih kebahagiaan (terutama kekayaan) memang drama yang tak pernah mati untuk urusan menguras emosi.

Tidak ada komentar: